This page looks best with JavaScript enabled

Contoh Teks Drama “Lika Liku Kehidupan”

 ·  ☕ 9 min read  ·  ✍️ anz007

Di sebuah sekolah yang cukup ternama, terdapat dua orang siswi yang merupakan orang kaya dan ayah mereka merupakan salah satu donatur terbesar di sekolah tersebut. Karena hal itulah kedua siswi ini menjadi sombong dan angkuh kepada orang lain, bahkan mereka sangat membenci orang miskin dan anak-anak jalanan. Hingga pada suatu hari sekitar pukul 09.00…

Tia : (Berteriak) Awaaaaaasssss ….

Rere : (Langsung mengerem dan keluar adari mobilnya)

Hei kamu. Kamu tidak punya mata ya ?

Amel : (Berdiri setelah membereskan bukunya yang berserakan)

Maaf, maaf. Tolong maafkan saya.

Tia : (Kesal) Makanya kalau jalan matanya dipakai dong !

Amel : Iya maaf, saya benar-benar minta maaf. Saya agak terburu-buru tadi jadi saya

tidak melihat ada mobil yang melintas.

Rere : (Marah) Maaf, maaf mulu. Untung saja mobil saya ini tidak lecet. Kalau sampai

mobil saya ini lecet, saya tidak akan segan-segan menuntut kamu.

Amel : Saya mohon maaf, saya pun minta maaf sekali lagi, saya tidak bisa berlama-lama disini

karena saya masih ada acara lain. Sekali lagi maaf. Permisi ! (Melangkah pergi)

Tia : (Nada Meninggi) Hheeh ! Kok kamu nyolot ya, sudah salah malah kabur. Hheh..Hheh..

Kemudian, masih di hari yang sama, di sebuah restoran …

Rere : Aduuuh.. (Kaget melihat bajunya yang basah)

Amel : (Sambil membersihkan baju Rere) Aduh maaf, maaf. Saya tidak sengaja.

Tia : (Sambil menatap Amel) Kamu ? Kamu lagi, kamu lagi. Mau kamu apa sih ? Tadi dijalan,

sekarang disini. (Kesal)

Amel : (Menunduk) Iya maaf, mohon maafkan saya. Saya sungguh tidak sengaja.

Rere : (Kesal) Kamu tidak punya mata ya ? Kamu itu tau tidak harga baju saya ini berapa ?

Baju saya ini harganya mahal dan kau pasti tidak akan sanggup membelinya.

Amel : Iya saya tau, maka dari itu saya minta maaf sama kamu. Saya akan bersihkan baju kamu

ini. (Sambil mencoba membersihkan baju Rere kembali)

Rere : (Mengejek) Apa ? Bersihin baju saya ? Tidak Usah !! Saya tidak percaya sama kamu,

lebih baik kamu pergi dari hadapan saya karena saya muak lihat muka kamu dan saya

tidak akan pernah melupakan kejadian ini.

Dan datang seorang gadis yang tiba-tiba menengahi mereka ….

Niar : Hai kawan … Loh kalian sudah saling kenal ya ? Bagus deh kalau begitu. Maaf yah saya

datang terlambat.. Hhehe (Meledek)

Rere : Saling kenal ? Maksud kamu ? Memang kamu kenal sama dia ? (Menunjuk Amel)

Niar : Yasudah kita duduk dulu yuk, memang kalian tidak capek apa berdiri terus.

Setelah mereka menempati tempet duduknya …

Tia : Nah kita sudah duduk nih, sekarang maksud perkataan kamu tadi apa ? (Bingung)

Niar : Oke.. Gini loh Tia..Rere.. Kenalin ini teman saya namanya Amel. Nah saya ini ada

proyek sama dia dan disetujui serta didukung sama pihak sekolah. (Menjelaskan)

Tia : Lah terus ? Apa hubungannya sama kita ? Memangnya proyek apaan ? (Penasaran)

Tiba-tiba datang seorang lelaki menghampiri meja mereka.

Benu : Hai kawan … Maaf yah saya telat. Macet banget tadi di jalan.

Rere pun kaget dan terdiam saat mengetahui lelaki yang datang itu adalah orang yang dia sukai.

Niar : (Meledek) Iya nih lama banget sih, padahal aku juga belum lama sampai sie.

Benu : Hhuuuu… Dasar kamu.

Niar : Maklumlah jalanan Jakarta tau sendiri seperti apa.

Benu : Iya. (Menatap 2 orang gadis yang duduk di sebelah kirinya) Ngapain kamu disini ?

Jadi orang yang kamu ceritain akan ikut kegiatan kita ini mereka , Niar ? (Menunjuk

Tia dan Rere)

Niar : Iyah Ben. Mereka dipilih sama Kepala Sekolah. Jangan Ngomong begitu lah.

Merekan kan pintar. Apa salahnya kan ? (Menegaskan)

Benu : (Menyindir) Pintar sih. Tapi memangnya tidak ada yang lebih baik lagi dari mereka ?

Rere : (Sedih) Kok kamu ngomongnya kaya begitu sih, Ben ? Memang salah saya apa sama

kamu ? Lagian saya kesini karena diajak sama Niar kok.

Benu : (Menyindir) Jawabannya sudah jelas bukan ?? Seluruh sekolah pun tau sifat dan

sikap kalian itu seperti apa !

Niar : Sudah dong sudah, jangan berantem begini (Menengahkan). Yasudah begini saja,

kalian berdua ada acara lagi tidak setelah ini ??

Tia : Kalu aku sih tidak ada. Tau deh kalau Rere.

Rere : Aku juga tidak ada kok. Memangnya kenapa, Niar ?

Niar : (Senang) Bagus. Kalian ikut kita saya yuk !!

Tia : Kemana ? (Penasaran)

Niar : Ada deh suatu tempat dan inipun termasuk perintah dari sekolah loh.

Amel : Yasudah kalau begitu, lebih baik kita jalan sekarang daripada kesiangan kan.

Akhirnya mereka pun meninggalkan restoran tersebut dan pergi ke suatu tempat. Saat di perjalanan, mereka pun hanya diam tanpa ada kata. Hingga pada suatu daerah, merekapun berhenti dan turun dari mobil serta melanjutkan dengan pberjalan kaki karena mobil tidak bisa masuk ke dalam daerah tersebut.

Tia : Ikh..Harus yah kita lewat tempat ini ? Jorok banget jalanannya.

Amel : Maaf yah. Tapi cuma ini jalan satu-satunya.

Rere : Tapi kan jalan ini jorok banget. Lihat nih sepatu saya jadi kotor begini.

Benu : (Sinis) Eh ! Kamu bisa diam dan jalan saja tidak ? Kalau kamu memang tidak mau,

yasudah sekarang kamu balik lagi ke mobil kamu dan pulang sana ! Bawel banget !!

Rere : (Kesal) Ikh kamu jahat banget sih. Yasudah maaf deh.

Tak berapa lama merekapun sampai di tempat itu.

Niar : Akhirnya kita sampai juga.

Tia : Sebenarnya kita mau ngapain sih kemari ?? (Bingung)

Niar : Kamu saja yang njelasin, Mel.

Amel : Aku ?? Yasudah deh. Jadi begini, kita ini punya fasilitas rumah singgah disini dan

sudah berjalan cukup lama, bahkan sudah banyak yang ikut berpartisipasi untuk

mengembangkan rumah singgah ini. Namun karena semakin banyak anak jalanan

yang semakin antusias untuk belajar, kalau hanya kami bertiga yang mengajar pasti

kami sangat kewalahan. Maka dari itu, Niar dan Benu mengusulkan kepada sekolah

kalian untuk memilih beberapa siswa yang akan mengajar di rumah singgah ini dan

sekolah kalian menyetujuinya bahkan memilih kalian sebagai pengajar itu.

Bagaimana ? Kalian pasti mau kan ?

Tia : Apa ? Ngajar ? Di tempat seperti ini ? Kamu tau kan saya ini siapa ? Mengajar di

tempat seperti ini akan bikin pamor saya turun drastis.

Niar : Kamu tidak bisa menolaknya, karena ini perintah yang turun langsung dari Kepala

Sekolah.

Benu : Sudahlah, kalau dia tidak mau ya tidah usah dipaksa.

Niar : Sudah kamu diam ! Kamu pun harus setuju akan keputusan ini, Ben.

Benu : Ya,ya.. Oke. Aku setuju. Tapi ini bukan berarti aku mau berteman sama kalian.

Niar : Sudahlah, sudah. Oh iya. Bagaimana acara kunjungan Pak Menteri hari ini kesini ?

Jadi kan ?

Amel : Jadi kok. Mungkin sekarang sudah dijalan. Sebentar lagi pasti datang, Kita rapikan

tempat ini dulu yuk !!
Setelah mendengar bahwa akan datang seorang Menteri ke tempat ini, maka …

Rere : Jadi ada seorang Menteri yang akan datang kemari ? Oke. Baiklah aku setuju untuk

mengajar disini.

Amel : Horreee… Terima kasih yah Rere dan Tia.

Niar : Berarti kalian sudah bisa mengajar mulai sekarang.

Jam menunjukkan pukul 12.00 WIB, Pak Menteri pun datang ketika Rere dan Tia sedang menjelaskan pelajaran kepada anak-anak jalanan itu yang ditemani oleh Benu.

Pak Menteri : Selamat siang anak-anak.

Anak-anak : (Serentak) Siang, Pak.

Rere : Siang Pak Menteri, perkenalkan nama saya Rere, saya yang mengajar disini.

Pak Menteri : Siang, nak. Oh begitu, salam kenal yah.

Rere : Salam kenal juga, Pak.

Pak Menteri : (Sambil mencari) Hheem.. Amelnya ada ?

Amel pun memasuki ruangan tempat Rere mengajar.

Pak Menteri : Oh ini dia, kebetulan. Bisa bicara sebentar ?

Rere : Baiklah.

Amel pun diajak oleh Pak Menteri keluar. Rere yang masih mengajar di dalam ruangan pun terlihat kebingungan. Tia pun menghampiri Rere dan mereka pun melakukan percakapan secara berbisik. Benu yang sudah sedaritadi ada di diruangan yang sama pun mulai curiga. Tak laama kemudian, Amel masuk ke ruangan itu dengan wajah cerianya itu.

Rere : (Sinis) Ada yang senang nih.. Pantas saja Pak Menteri mau kesini. Ternyata mau ketemu

sama simpanannya.. Mukanya saja yang polos.

Tia : Tidak kusangka sama sekali, anak yang terlihat baik dan polos itu ternyata simpanannya

om-om. Pintar benar dia menyembunyikannya. (Menimpali)

Benu : (Marah) Kalian itu bicara apa sih ? Jelaslah Pak Menteri menghampiri Amel. Amel itu

kan….

Rere : (Menyela) Simpanannya Pak Menteri kan ? Sudahlah, kita semua pun tau karena itu

sudah terlihat jelas.

Amel : (Sedih) Bukan, Re. Pak Menteri itu sebenarnya adalah …

Mendengar PKeributan di dalam Pak Menteri yang sedang menerima telepon itupun masuk dan …

Pak Menteri : (Nada Meninggi)Ada Apa ini ? Siapa yang kamu bilang sebagai simpanan saya ? Amel ?

Asal kamu tau, Amel ini adalah anak saya. Putri saya satu-satunya. Sebelum kalian

berbicara, hendaklah kalian memikirkannya terlebih dahulu. Ini bisa saya laporkan

sebagai pencemaran nama baik dan kalian berdua bisa ditahan apalagi saya seorang

menteri. (Menjelaskan)

Amel : (Menenangkan) Sudah ayah, sudah. Ini bukan seperti yang ayah pikirkan. Kami hanya

sedang memberi pelajaran drama kepada murid-murid kami ini. Aku mohon ayah, ini

hanya sebuah drama.

Pak Menteri : Tapi ini sudah keterlaluan.

Amel : (Menjelaskan) Tidak ayah, tidak. Mereka itu orang yang baik dan pintar, mereka

teman-teman Amel. Kami hanya sedang menunjukkan sebuah drama. Percayalah, Ayah.

Pak Menteri : Baiklah kalau memang seperti itu. Ayah percaya sama kamu. Anak ayah ternyata pintar

berakting yah. Lanjutkanlah nak. Maafkan saya karena saya telah lancang marah-marah

kepada kalian. Oh ya, semua donatur sudah saya sampaikan pada Niar. Berhubung saya

ada acara lagi,saya mohon pamit yah nak. Siang semuanya.

Semuanya : Siang, Pak.

Rere pun masih belum percaya dan akhirnya menanyakan hal ini pada Niar yang baru saja memasuki ruangan itu.

Rere : (Penasaran) Eh, Niar. Aku mau tanya deh. Sebenarnya Amel ini siapa sih ? Dan apa

hubungan dia dengan Pak Menteri yang barusan ?

Niar : Oh itu. Amel itu sebenarnya anaknya Pak Menteri tadi. Tapi dia tidak pernah mau ada

yang tau tentang hal ini. Malahan dia mau Hidup sederhana saja. Sekarang saja dia

nge-kost dan magang untuk membiayai kehidupan sehati-harinya. Bahkan dia masih

sempat mikirin nasib anak jalanan seperti ini. Dan kamu tau tidak, yang punya ide untuk

bikin rumah singgah ini kan dia. Dia itu baik banget deh, rajin, pintar dan peduli sesama

pula. Bahkan dia pun sekolah di SMAN 08 yang merupakan sekolah terkenal itu.

(Menjelaskan)

Rere : Oh begitu yah… Okeh terima kasih yah, Niar.

Niar : Sama-sama. Memang ada apa sih sebenarnya ? (Bingung)

Amel : Tidak ada apa-apa kok.

Rere : Oh ya, Amel. Saya minta maaf ya atas semua kesalahan saya.

Tia : Saya juga minta maaf yah, Mel.

Amel : Sudahlah, tidak perlu minta maaf. Karena tak ada yang perlu dimaafkan. Ini hanya salah

paham saja kan.

Semenjak Rere dan Tia tau semua tentang Amel, Rere pun semakin rajin datang ke rumah singgah itu. Bukan untuk mencari muka dihadapan Menteri tersebut, tapi untuk mengajar anak jalanan itu. Karena setelah sekian lama ia mengajar, ia pun mengerti apa yang sesungguhnya dirasakan anak jalanan itu dan kini sifat dan sikap mereka pun mulai berubah. Dan kini mereka semua pun bersahabat bahkan lebih peduli terhadap sesama dan sering mengadakan kegiatan kemanusiaan lainnya secara bersama-sama.

SELESAI

Share on